Kamis, 21 April 2016

1.Pengertian manusia dan kebudayaan
KEBUDAYAAN
Pengertian Kebudayaan – Banyak berbagai definisi tentang kebudayaan yang telah di paparkan oleh para ahli. Dari berbagai definisi dapat diperoleh kesimpulan mengenai pengertian kebudayaan yaitu sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Kata budaya atau kebudayaan itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Secara lebih rinci, banyak hal-hal yang dapat kita pelajari tentang definisi kebudayaan. Bagaimana cara pandang kita terhadap kebudayaan, serta bagaimana cara untuk menetrasi kebudayaan yang faktanya telah mempengaruhi kebudayaan lain.
1. Definisi Budaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan individu dengan alam” d Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
2. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
3. Cara pandang terhadap kebudayaan
3.1 Kebudayaan Sebagai Peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan “budaya” yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang “budaya” ini merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap ‘kebudayaan’ sebagai “peradaban” sebagai lawan kata dari “alam”. Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang “elit” seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik yang “berkelas”, elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah “berkebudayaan”.
Orang yang menggunakan kata “kebudayaan” dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang “berkebudayaan” disebut sebagai orang yang “tidak berkebudayaan”; bukan sebagai orang “dari kebudayaan yang lain.” Orang yang “tidak berkebudayaan” dikatakan lebih “alam,” dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran “manusia alami” (human nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan “tidak alami” yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan “jalan hidup yang alami” (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap “tidak elit” dan “kebudayaan elit” adalah sama – masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
3.2 Kebudayaan sebagai “sudut pandang umum”
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme – seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria – mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam “sudut pandang umum”. Pemikiran ini menganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui adanya pemisahan antara “berkebudayaan” dengan “tidak berkebudayaan” atau kebudayaan “primitif.”
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan – kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya – mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan – perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi atau tempat bekerja.
3.3 Kebudayaan sebagai Mekanisme Stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.


MANUSIA

Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan. Sedangkan, kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia didunia. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tak terpisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang erat dan saling melengkapi satu sama lain. Tanpa adanya manusia, maka dipastikan tak akan pernah ada yang namanya kebudayaan di bumi ini. Selama manusia menerapkan fungsinya sebagai makhluk sosial dan budaya, maka secara otomatis akan tercipta kebudayaan-kebudayaan baru.
Salah satu hasil kebudayaan manusia adalah simbol. Simbol bermakna segala sesuatu yang telah “dilekati” arti tertentu, misalnya benda, peristiwa, kelakuan, tindakan, ucapan dsb. Setiap hal yang dilihat dan dialami, diolah menjadi simbol. Dengan demikian, simbol bisa menjadi alternatif lain dalam berkomunikasi. Sehingga komunikasi tidak dilakukan dengan bicara saja. Namun, bisa melalui gambar, tulisan, dsb. Simbol tersebut adalah Animal Sibolicum.
Description: keragaman-budaya
Contoh lain dari kebudayaan, misalnya di wilayah pedesaan, apabila seorang keluarga tertimpa musibah. Misalnya, salah satu anggota keluarga meninggal. Maka keluarga tersebut berkewajiban menjamu para tamu yang datang mendoakan. Hal tersebut telah dilakukan oleh masyarakat terdahulu. Dan secara tidak sadar, kebiasaan ini dilakukan oleh warga sekitar secara terus-menerus. Inilah yang disebut kebudayaan, yaitu sesuatu yang ada karena pemikiran manusia. Kebudayaan ini ada dan akan terus dilestarikan oleh sekelompok masyarakat yang mempercayainya. Dan seiring berjalannya waktu, hasil kebudayaan manusia ini mampu menjadi tradisi bila dilakukan oleh generasi ke generasi.
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Tuhan dengan bentuk yang sangat sempurna. Manusia diberi akal dan nafsu untuk bertahan hidup. Dengan akal manusia berpikir, dan berusaha mencari solusi terhadap suatu masalah. Dengan nafsu manusia berhasrat, mengharapkan lebih dan mencoba hal-hal baru guna memenuhi hasratnya. Bila keduanya dipadukan dengan porsi yang seimbang, maka akan dihasilkan suatu karya yang hebat. Salah satunya adalah kebudayaan.
Kebudayaan manusia itu sendiri banyak wujudnya, yaitu :
1. Ide : adalah tingkah laku dalam tata hidup
2. Produk : sebagai ekspresi pribadi
3. Sarana hidup
4. Nilai dalam bentuk lahir
Jadi, manusia diciptakan Allah dengan wujud yang sangat sempurna. Dilengkapi dengan akal dan nafsu. Adanya akal dan nafsu tersebut lah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Berbeda dengan binatang yang hanya dikaruniai nafsu.
Misalnya, harimau memperoleh makanannya dengan cara membunuh lawan dan mangsanya, tak memperdulikan makanan tersebut baik atau tidak untuk kesehatannya. Yang terpenting binatang tersebut kenyang, dan nafsunya terpenuhi. Berbeda dengan manusia, manusia mendapat makanan mereka dengan bekerja, mempertimbangkan baik dan buruknya makanan tersebut bagi tubuhnya. Manusia yang sehat akal pikirnya memperoleh makanan dengan usaha dan pertimbangan. Ini adalah salah satu wujud nyata kebudayaan manusia, yaitu nilai dalam bentuk lahir.

2.Pengaruh Budaya terhadap manusia         :

1. Perubahan gaya hidup
Perubahan gaya hidup terjadi karena mudahnya unsur-unsur budaya suatu bangsa masuk ke negara lain. Arus informasi yang cepat menyebar menjadi sarana utamanya.
Di era globalisasi ini, masyarakat juga mulai memperhitungkan segala sesuatu yang dilakukan dengan hasil yang didapat. Segala aktivitas diukur dengan uang. Ungkapan time is money atau waktu adalah uang menjadi dasar seseorang dalam beraktivitas.
Hal inilah yang kemudian menciptakan sifat individualisme. Banyak orang yang tidak lagi peduli dengan kondisi di sekitarnya. Masing-masing lebih mengutamakan kepentingan pribadinya. Kondisi tersebut terutama terjadi di kota-kota besar.
Globalisasi mendorong masuknya berbagai produk dari luar negeri. Akibatnya persediaan barang kebutuhan melimpah. Masyarakat memperoleh kemudahan untuk mencukupi berbagai macam kebutuhan, asalkan memiliki uang. Melimpahnya barang di pasar menyebabkan munculnya sifat konsumtif, yaitu perilaku konsumsi yang berlebihan.
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua gaya hidup yang berasal dari negara luar membawa dampak negatif. Banyak budaya asing yang membawa dampak positif jika dikembangkan dengan baik dan benar.
Di antaranya kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi. Masyarakat Barat lebih memiliki kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi bila dibandingkan dengan masyarakat Melayu pada umumnya. Jika diterapkan dengan benar, budaya tersebut dapat meningkatkan produktivitas bangsa. Makin tinggi tingkat produktivitas bangsa makin cepat pula kemakmuran dapat diraih.
2. Makanan
Dalam hal makanan dan minuman, gejala globalisasi mulai dirasakan di kota-kota besar, tetapi juga sudah terasa di kota-kota kecil. Berdirinya perusahaan asing dibidang makanan cepat saji (fast food), di kota-kota kecil membawa pengaruh pada pola konsumsi makanan dan minuman masyarakat.
Masyarakat mulai menyukai makanan yang disediakan di restoran cepat saji. Mengonsumsi makanan di restoran cepat saji menjadi salah satu perilaku yang dianggap mengikuti perkembangan zaman.
3. Pakaian
Globalisasi di bidang pakaian dapat dilihat dengan menyebarnya merk-merk tertentu ke negara lain. Di Indonesia dikenal berbagai merk jeans terkenal, serta pakaian yang dibuat oleh perancang busana kenamaan dunia. Produk-produk tersebut tidak hanya dapat ditemukan di Indonesia, tetapi telah menyebar ke segala penjuru dunia.
Banyak jenis busana asing yang sesuai dengan norma masyarakat, tetapi ada juga mode pakaian yang bertentangan dengan norma kesusilaan. Contoh pakaian yang sesuai dengan norma masyarakat adalah jas. Pakaian ini bahkan telah menjadi mode pakaian internasional.
Jas digunakan untuk menghadiri acara resmi mulai dari acara pernikahan, rapat kenegaraan, hingga pertemuan perwakilan antarnegara dalam forum internasional.
4. Sarana komunikasi
Kelengkapan sarana komunikasi menjadi faktor utama pengaruh globalisasi seperti penggunaan internet, telapon seluler, televisi, radio, dan faksimile.
Sarana komunikasi yang sekarang sedang digemari banyak orang di berbagai negara adalah facebook. Facebook dilakukan melalui jaringan internet. Jejaring sosial ini menjadi sarana pertemanan yang mudah dan cepat. Bahkan jejaring sosial facebook tidak hanya digunakan sebagai media komunikasi antarteman.
Dan nampaknya sosial yang satu ini akan meningkatkan fungsinya ke bisnis. Hal ini tercermin dari kunjungan pemilik facebook Mark Elliot Zuckerberg ke Indonesia belum lama ini dan sempat blusukan dengan presiden terpilih Joko Widodo. Anak muda terkaya di dunia ini juga sempat menawari Presiden Jokowi untuk memiliki akun facebook dengan prioritas istimewa.
Di masa sekarang, masyarakat disediakan berbagai jenis pilihan sarana komunikasi dengan harga yang bervariasi. Masyarakat dapat memperoleh handphone dengan harga 100 ribuan hingga belasan juta rupiah. Masyarakat juga dapat dengan bebas mengakses jaringan internet sebagai media komunikasi, mulai dari email, chatting, yahoo messenger, google hangout, hingga pemanfaatan blogger, friendster dan facebook.
Makin cepat sarana komunikasi yang berkembang, maka makin cepat pula globalisasi terjadi. Hanya saja perlu dikendalikan penyebarannya agar masyarakat tidak terjerumus pada hal-hal negatif.
5. Transportasi
Satu hal yang perlu diingat dalam memilih alat transportasi adalah keamanannya. Mahal atau murah bukan menjadi ukuran keselamatan. Maka dari itu, kita harus berhati-hati dalam memilih alat transportasi.
Banyaknya kecelakaan transportasi yang terjadi akhir-akhir ini menjadi peringatan bagi kita untuk lebih berhati-hati dalam memilih alat transportasi. Banyak alat transportasi yang tersedia, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta.
Namun tentunya masyarakat mengharapkan sarana transportasi yang tidak hanya murah, tetapi juga aman, cepat dan praktis.
Selain alat, diperlukan juga sarana transportasi yang memadai. Pemerintah berusaha memperbaiki sarana transportasi untuk mempercepat kemajuan suatu wilayah. Milyaran dana dikeluarkan demi meningkatkan peran serta masyarakat dalam menciptakan kemajuan bangsa.
Salah satu contohnya adalah peresmian jembatan Suramadu. Jembatan ini dibangun dengan harapan dapat meningkatkan peran serta masyarakat Madura dalam usaha peningkatan kesejahteraan. Dengan adanya jembatan Suramadu, jalur ekonomi dari dam menuju Madura menjadi lebih lancar. Kelancaran tersebut diharapkan mampu menarik investor untuk mengolah sumber daya ekonomi dan wisata Madura.
6. Nilai-nilai budaya dan tradisi
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang adiluhung. Maka dari tu, bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya dan tradisi yang luar biasa banyaknya. Kekayaan tradisi tersebut menarik perhatian bangsa asing untuk mempelajarinya.
Banyak mahasiswa atau peneliti asing yang tertarik untuk mempelajari budaya bangsa Indonesia. Contohnya adalah ditemukannya warga negara asing yang mempelajari tari Bali, dan gamelan karawitan.
Namun, ternyata antusiasme bangsa asing tersebut justru bertolak belakang dengan bangsa Indonesia sendiri. Kita mungkin muda menghafal lagu-lagu Jason Mraz atau Maroon 5 daripada menghafal lagu daerah. Kita lebih mudah belajar breakdance atau cheerleader dari pada tari Pakarena atau tari Piring. Kita lebih tertarik melihat film-film Hollywood atau Bollywood dari pada melihat pertunjukan wayang kulit.
Itulah sekelumit kecil dampak globalisasi terhadap budaya dan tradisi bangsa. Sebagai bangsa yang besar, kita seharusnya dapat memanfaatkan jejaring komunikasi internasional untuk memperkenalkan budaya bangsa. Kita tidak hanya berperan sebagai konsumen budaya Barat, tetapi kita dapat berproduksi budaya.
Di wilayah kesenian kontemporer seperti tari, musik, puisi, dan drama, banyak seniman Indonesia yang telah melanglang buana memperkenalkan budaya bangsa Indonesia ke luar negeri. Tercatat beberapa nama seperti almarhum Slamet Gundono, W.S. Rendra, dan Sardono W. Kusuma.
Namun, dalam jenis kesenian industri seperti musik dan film, kita masih menjadi konsumen budaya. Banyak grup musik, penyanyi, maupun jenis film yang dipengaruhi oleh budaya asing.
7. Pariwisata
Bidang usaha yang terpengaruh secara langsung dengan adanya globalisasi adalah pariwisata. Kemajuan komunikasi dan transportasi memudahkan perkembangan dunia pariwisata.
Kemajuan bidang komunikasi mempermudah pengelola aset wisata mempromosikan obyek wisata. Bentuk promosi pun dapat dibuat dengan menggunakan sarana yang paling cepat dan paling bagus hasilnya. Ketika promosi berhasil, sarana yang perlu disediakan selanjutnya adalah alat transportasi. Kemudahan dan kenyamanan menjadi faktor utama bisnis pariwisata.
8. Migrasi
Dengan adanya globalisasi, perpindahan manusia dari satu wilayah ke wilayah lain atau dari satu negara ke negara lain dapat berlangsung dengan cepat. Mobilisasi manusia dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan alat transportasi yang makin canggih.

3.Contoh hubungan antara manusia dan kebudayaan
D.    Hubungan antara Manusia dan Kebudayaan
Hubungan antara manusia dengan kebudayaan dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut terhadap kebudayaan. Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai berikut:
1.       penganut kebudayaan,
2.       pembawa kebudayaan,
3.       manipulator kebudayaan, dan
4.       pencipta kebudayaan.
Hubungan antara manusia dan kebudayaan secara sederhana adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia dari sisi lain  hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis. Proses dialektis tercipta melalui tiga tahap :
1.       Eksternalisasi  : Proses dimana manusia mengekspresikan dirinya
2.       Obyektivitas    : Proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif
3.       Internalisasi     : Proses dimana masyarakat kembali dipelajari manusia
E.     Hubungan antara Manusia dan Agama
Agar hawa nafsu seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi)itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self control) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama.
F.     Hubungan antara Manusia dan Adat Istiadat
Masyarakat artinya adalah sebagai satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh rasa identitas bersama.
Keberadaan adat yang sebenar adat atau adat yang asli dalam bentuk hukum-hukum alam, tidak dapat diubah oleh akal pikiran dan hawa nafsu manusia. Dengan kata lain tidak akan dapat diganggu gugat, sehingga dikatakan juga tidak akan layu dianjak tidak akan mati diinjak.
Suku bangsa yang memilikiadat istiadat tertentu, bahkan tidak boleh mengklaim adat istiadatnya lebih majuapalagi merasa lebih benar dari adat istiadat yang lain. Adat istiadat jugabertujuan mengatur kehidupan manusia di masyarakat. Timbulnya adat istiadat berasal dari manusia dalam masyarakat di daerah tertentu yang menginginkan tata tertib dan tingkah laku yang baik di dalam masyarakat tersebut. 

G.    Hubungan antara budaya, Agama & Adat Istiadat
Kebudayaan, agama, dan adat istiadat erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Baik dalam keadaan sendiri maupun saat bersosialisi dengan orang lain. Ketiganya sangat erat hubungannya. Pelaksanaan agama bisa dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat istiadat daerah setempat
Hubungan antara kebudayaan, agama, dan adat istiadat dalam pelaksanaannya di kehidupan manusia dapat dijelaskan dengan sederhana yaitu, manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannyayang dapat dipengaruhi oleh unsur-unsurkebudayaan, agama, dan adat istiadat di daerah atau lingkungan tempat dia tinggal.seperti saat dia berbicara atau melakukan suatu kegiatan, misalnya makan, minum dan juga saat dia berjalan.Dalam pelaksanaan kegiatan beragama tidak bisa dihindarkan dari unsur-unsur di atas.Contohnya, proses pemakaman masyarakat di daerah Sumatra. 
Dengan membiasakan diri kita mengenal kebudayaan, agama, dan adat istiadat sejak kecil, maka kita dapat langsung bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita saat kita beranjak dewasa. Dan kita akan berfikir berulang-ulang ketika ada kebudayaan, agama, dan adat istiadat baru yang muncul di sekitar atau lingkungan kita. Sehingga hal itu tidak sampai menjadi punah termakan zaman.

Contoh-Contoh Hubungan Antara Manusia dengan Kebudayaan        :
1)       Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2)       Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai.
3)       Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan, bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap individu.
4)       Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5)        Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa berpindah tempat tinggal.

Daftar Pustaka :
http://rey-rizousky.heck.in/manusia-berkebudayaan.xhtml
http://www.rangkumanmakalah.com/hubungan-antara-budaya-agama-adat-istiadat/
 
http://www.sejarah-negara.com/pengaruh-globalisasi-terhadap-perilaku/ 


http://ivonovitasari.web.unej.ac.id/2015/09/06/manusia-sebagai-pencipta-kebudayaan/
https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya