Kesunyataan
Mulia tentang Dukkha
Hidup
dalam bentuk apa pun adalah dukkha (penderitaan) :
- dilahirkan, usia tua, sakit,
mati adalah penderitaan.
- berhubungan dengan orang
yang tidak disukai adalah penderitaan.
- ditinggalkan oleh orang yang
dicintai adalah penderitaan.
- tidak memperoleh yang
dicita-citakan adalah penderitaan.
- masih memiliki lima khanda
adalah penderitaan.
Dukkha
dapat juga dibagi sebagai berikut :
- dukkha-dukkha - ialah penderitaan
yang nyata, yang benar dirasakan sebagai penderitaan tubuh dan bathin,
misalnya sakit kepala, sakit gigi, susah hati dll.
- viparinäma-dukkha - merupakan
fakta bahwa semua perasaan senang dan bahagia—berdasarkan sifat ketidak-kekalan—di
dalamnya mengandung benih-benih kekecewaan, kekesalan dll.
- sankhärä-dukkha - lima khanda adalah
penderitaan ; selama masih ada lima khanda tak mungkin terbebas dari
sakit fisik.
Kesunyataan
Mulia tentang asal mula Dukkha
Sumber
dari penderitaan adalah tanhä, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya.
Semakin diumbar semakin keras ia mencengkeram. Orang yang pasrah kepada tanhä
sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya. Rasa
haus itu bukannya hilang, bahkan menjadi bertambah, karena air asin itu yang
mengandung garam. Demikianlah, semakin orang pasrah kepada tanhä semakin keras
tanhä itu mencengkeramnya. Dikenal tiga macam tanhä, yaitu :
- Kämatanhä : kehausan akan kesenangan
indriya, ialah kehausan akan :
- bentuk-bentuk (indah)
- suara-suara (merdu)
- wangi-wangian
- rasa-rasa (nikmat)
- sentuhan-sentuhan (lembut)
- bentuk-bentuk pikiran
- Bhavatanhä : kehausan untuk lahir
kembali sebagai manusia berdasarkan kepercayaan tentang adanya "atma
(roh) yang kekal dan terpisah" (attavada).
- Vibhavatanhä : kehausan untuk
memusnahkan diri, berdasarkan kepercayaan, bahwa setelah mati tamatlah
riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).
Kesunyataan
Mulia tentang lenyapnya
Kalau
tanhä dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia
sekali, karena terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan
Nibbana.
- Sa-upadisesa-Nibbana =
Nibbana masih bersisa. Dengan 'sisa' dimaksud bahwa lima khanda itu masih
ada.
- An-upadisesa-Nibbana =
Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana,
ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan Pari-Nibbana. Sang Arahat telah beralih
ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Misalnya,
kalau api padam, kejurusan mana api itu pergi? jawaban yang tepat : 'tidak
tahu' Sebab api itu padam karena kehabisan bahan bakar.
Delapan
Jalan Utama (Jalan Utama Beruas Delapan) yang akan membawa kita ke Jalan Menuju
Lenyapnya Dukkha, yaitu :
Jalan
Mulia Berunsur Delapan ini dapat lebih lanjut diperinci sebagai berikut:
- Pengertian Benar (sammä-ditthi) menembus arti dari:
- Empat Kesunyataan Mulia
- Hukum Tilakkhana (Tiga
Corak Umum)
- Hukum Paticca-Samuppäda
- Hukum Kamma
- Pikiran Benar (sammä-sankappa)
- Pikiran yang bebas dari
nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
- Pikiran yang bebas dari
kebencian (avyäpäda-sankappa)
- Pikiran yang bebas dari
kekejaman (avihimsä-sankappa)
- Ucapan Benar (sammä-väcä)
Dapat
dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini:
- Ucapan itu benar
- Ucapan itu beralasan
- Ucapan itu berfaedah
- Ucapan itu tepat pada
waktunya
- Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
- Menghindari pembunuhan
- Menghindari pencurian
- Menghindari perbuatan
a-susila
- Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
Lima
pencaharian salah harus dihindari (M. 117), yaitu:
- Penipuan
- Ketidak-setiaan
- Penujuman
- Kecurangan
- Memungut bunga yang tinggi
(praktik lintah darat)
Di
samping itu seorang siswa harus pula menghindari lima macam perdagangan, yaitu:
- Berdagang alat senjata
- Berdagang mahkluk hidup
- Berdagang daging (atau
segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahkluk-mahkluk hidup)
- Berdagang minum-minuman
yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan
- Berdagang racun.
- Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
- Dengan sekuat tenaga
mencegah munculnya unsur-unsur jahat dan tidak baik di dalam batin.
- Dengan sekuat tenaga
berusaha untuk memusnahkan unsur-unsur jahat dan tidak baik, yang sudah
ada di dalam batin.
- Dengan sekuat tenaga
berusaha untuk membangkitkan unsur-unsur baik dan sehat di dalam batin.
- Berusaha keras untuk
mempernyata, mengembangkan dan memperkuat unsur-unsur baik dan sehat yang
sudah ada di dalam batin.
- Perhatian Benar (sammä-sati)
Sammä-sati
ini terdiri dari latihan-latihan Vipassanä-Bhävanä (meditasi untuk
memperoleh pandangan terang tentang hidup), yaitu :
- Käyä-nupassanä = Perenungan terhadap
tubuh
- Vedanä-nupassanä = Perenungan
terhadap perasaan.
- Cittä-nupassanä = Perenungan
terhadap kesadaran.
- Dhammä-nupassanä = Perenungan
terhadap bentuk-bentuk pikiran.
- Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
a. Latihan
meditasi untuk mencapai Jhäna-Jhäna.
Manusia Dan
Keadilan
Menurut
Wikipedia Indonesia, Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Pemahaman mengenai
pengertian keadilan setiap orang tentu saja berbeda-beda. Ada yang menganggap
keadilan terjadi ketika ia mendapat keuntungan dari hal tersebut,
namun ada juga yang menganggap keadilan merupakan keadaan dimana terjadi
keseimbangan antara pihak yang satu dengan pihak lainnya.
Berbicara
mengenai keadilan, sampai saat ini belum bisa dipastikan apa sebenarnya arti
dari keadilan itu. Banyak yang mengatakan bahwa keadilan adalah seimbang, tidak
berat sebelah atau sama rata. Sebenarnya pengertian ini hanyalah pendekatan
terhadap pengertian keadilan namun pengertian keadilan itu sendiri belum
diketahui.
Dalam
prakteknya, keadilan seringkali dikaitkan dengan hukum. Dalam bidang hukum,
kita sering mendengar kata keadilan. Keadilan adalah hal yang sangat
susah kita lakukan dalam hidup ini. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan
bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat diputuskan dengan
penuh keadilan atau dengan kata lain tidak ada sesuatu pun yang diputuskan
secara benar-benar adil, yang ada hanyalah mendekati keadilan.Misalnya saja ada
sebuah kasus di pengadilan yang diputuskan oleh hakim. Hakim merasa bahwa
keputusan yang ia putuskan sudah adil bagi kedua belah pihak yang berseteru
tetapi bagi kedua belah pihak tersebut, salah satunya tentu saja ada yang
merasa dirugikan dan yang satunya lagi merasa diuntungkan. Meskipun
keputusan tersebut harus diterima dan dianggap bahwa keputusan tersebut
benar-benar adil namun kenyataannya masih ada yang merasa rugi dan untung. Dari
hal ini kita belajar bahwa ukuran keadilan dari tiap-tiap orang itu berbeda.
Keadilan
juga sering dikait-kaitkan dengan kejujuran. Keadilan tidak dapat diterapkan
dalam hidup kita sebagai manusia apabila kita tidak bisa menerapkan sikap jujur
. Sikap- sikap seperti kecurangan dan individualism merupakan hal yang membuat
kita berperilaku tidak adil. Sikap ketidakadilan adalah sikap yang paling tidak
disukai oleh setiap manusia sebab apabila mereka diperlakukan secara tidak adil
maka mereka merasa hak mereka untuk memperoleh keadilan tidak dipenuhi.
Oleh sebab itu, sebagai manusia yang ingin mendapat perlakuan yang adil dari
sesama manusia, kita juga harus belajar berbuat adil terlebih dahulu
kepada sesama manusia.
Manusia
dan Harapan
Setiap
manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati
dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya
berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan
tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan
kemampuan masing-masing, Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda,
biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai
harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang
itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”
Berhasil
atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan,
misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak
ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai.
Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun mungkin tidak.
Harapan
harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha
dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa
merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan
berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga
harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan
menyangkut masa depan.Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan
usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan Bila dibandingkan dengan cita-cita
, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk: sedangkan cita-cita
pada umumnya perlu setinggi bintang. Antar harapan dan cita-cita terdapat
persamaam yaitu :
·
Keduanya menyangkut masa depan karena belum
terwujud
·
Pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan
orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Penyebab Manusia Mempunyai Harapan:
Menurut
kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung
disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau
anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan
hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan
berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yang
mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan
dorongan kebutuhan hidup.
1.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai
keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya.
Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa,
pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila
penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.
2.
Dorongan kebutuhan hidup,Sudah kodrat pula
bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu
pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani