Kamis, 30 Juni 2016

Tugas IBD menjelang lebaran

Kesunyataan Mulia tentang Dukkha
Hidup dalam bentuk apa pun adalah dukkha (penderitaan) :
  1. dilahirkan, usia tua, sakit, mati adalah penderitaan.
  2. berhubungan dengan orang yang tidak disukai adalah penderitaan.
  3. ditinggalkan oleh orang yang dicintai adalah penderitaan.
  4. tidak memperoleh yang dicita-citakan adalah penderitaan.
  5. masih memiliki lima khanda adalah penderitaan.
Dukkha dapat juga dibagi sebagai berikut :
  1. dukkha-dukkha - ialah penderitaan yang nyata, yang benar dirasakan sebagai penderitaan tubuh dan bathin, misalnya sakit kepala, sakit gigi, susah hati dll.
  2. viparinäma-dukkha - merupakan fakta bahwa semua perasaan senang dan bahagia—berdasarkan sifat ketidak-kekalan—di dalamnya mengandung benih-benih kekecewaan, kekesalan dll.
  3. sankhärä-dukkha - lima khanda adalah penderitaan ; selama masih ada lima khanda tak mungkin terbebas dari sakit fisik.
Kesunyataan Mulia tentang asal mula Dukkha
Sumber dari penderitaan adalah tanhä, yaitu nafsu keinginan yang tidak ada habis-habisnya. Semakin diumbar semakin keras ia mencengkeram. Orang yang pasrah kepada tanhä sama saja dengan orang minum air asin untuk menghilangkan rasa hausnya. Rasa haus itu bukannya hilang, bahkan menjadi bertambah, karena air asin itu yang mengandung garam. Demikianlah, semakin orang pasrah kepada tanhä semakin keras tanhä itu mencengkeramnya. Dikenal tiga macam tanhä, yaitu :
  1. Kämatanhä : kehausan akan kesenangan indriya, ialah kehausan akan :
    1. bentuk-bentuk (indah)
    2. suara-suara (merdu)
    3. wangi-wangian
    4. rasa-rasa (nikmat)
    5. sentuhan-sentuhan (lembut)
    6. bentuk-bentuk pikiran
  2. Bhavatanhä : kehausan untuk lahir kembali sebagai manusia berdasarkan kepercayaan tentang adanya "atma (roh) yang kekal dan terpisah" (attavada).
  3. Vibhavatanhä : kehausan untuk memusnahkan diri, berdasarkan kepercayaan, bahwa setelah mati tamatlah riwayat tiap-tiap manusia (ucchedaväda).

Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya
Kalau tanhä dapat disingkirkan, maka kita akan berada dalam keadaan yang bahagia sekali, karena terbebas dari semua penderitaan (bathin). Keadaan ini dinamakan Nibbana.
  1. Sa-upadisesa-Nibbana = Nibbana masih bersisa. Dengan 'sisa' dimaksud bahwa lima khanda itu masih ada.
  2. An-upadisesa-Nibbana = Setelah meninggal dunia, seorang Arahat akan mencapai anupadisesa-nibbana, ialah Nibbana tanpa sisa atau juga dinamakan Pari-Nibbana. Sang Arahat telah beralih ke dalam keadaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Misalnya, kalau api padam, kejurusan mana api itu pergi? jawaban yang tepat : 'tidak tahu' Sebab api itu padam karena kehabisan bahan bakar.
Kesunyataan Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha[sunting | sunting sumber]
Delapan Jalan Utama (Jalan Utama Beruas Delapan) yang akan membawa kita ke Jalan Menuju Lenyapnya Dukkha, yaitu :
1.      Pengertian Benar (sammä-ditthi)
2.      Pikiran Benar (sammä-sankappa)
3.      Ucapan Benar (sammä-väcä)
4.      Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
5.      Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
6.      Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
7.      Perhatian Benar (sammä-sati)
8.      Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
Penjelasan Jalan Mulia Berunsur Delapan[sunting | sunting sumber]
Jalan Mulia Berunsur Delapan ini dapat lebih lanjut diperinci sebagai berikut:
  1. Pengertian Benar (sammä-ditthi) menembus arti dari:
    1. Empat Kesunyataan Mulia
    2. Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
    3. Hukum Paticca-Samuppäda
    4. Hukum Kamma

  1. Pikiran Benar (sammä-sankappa)
    1. Pikiran yang bebas dari nafsu-nafsu keduniawian (nekkhamma-sankappa).
    2. Pikiran yang bebas dari kebencian (avyäpäda-sankappa)
    3. Pikiran yang bebas dari kekejaman (avihimsä-sankappa)
  1. Ucapan Benar (sammä-väcä)
Dapat dinamakan Ucapan Benar, jika dapat memenuhi empat syarat di bawah ini:
    1. Ucapan itu benar
    2. Ucapan itu beralasan
    3. Ucapan itu berfaedah
    4. Ucapan itu tepat pada waktunya
  1. Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
    1. Menghindari pembunuhan
    2. Menghindari pencurian
    3. Menghindari perbuatan a-susila
  1. Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
Lima pencaharian salah harus dihindari (M. 117), yaitu:
    1. Penipuan
    2. Ketidak-setiaan
    3. Penujuman
    4. Kecurangan
    5. Memungut bunga yang tinggi (praktik lintah darat)
Di samping itu seorang siswa harus pula menghindari lima macam perdagangan, yaitu:
      1. Berdagang alat senjata
      2. Berdagang mahkluk hidup
      3. Berdagang daging (atau segala sesuatu yang berasal dari penganiayaan mahkluk-mahkluk hidup)
      4. Berdagang minum-minuman yang memabukkan atau yang dapat menimbulkan ketagihan
      5. Berdagang racun.


  1. Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
    1. Dengan sekuat tenaga mencegah munculnya unsur-unsur jahat dan tidak baik di dalam batin.
    2. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk memusnahkan unsur-unsur jahat dan tidak baik, yang sudah ada di dalam batin.
    3. Dengan sekuat tenaga berusaha untuk membangkitkan unsur-unsur baik dan sehat di dalam batin.
    4. Berusaha keras untuk mempernyata, mengembangkan dan memperkuat unsur-unsur baik dan sehat yang sudah ada di dalam batin.
  1. Perhatian Benar (sammä-sati)
Sammä-sati ini terdiri dari latihan-latihan Vipassanä-Bhävanä (meditasi untuk memperoleh pandangan terang tentang hidup), yaitu :
    1. Käyä-nupassanä = Perenungan terhadap tubuh
    2. Vedanä-nupassanä = Perenungan terhadap perasaan.
    3. Cittä-nupassanä = Perenungan terhadap kesadaran.
    4. Dhammä-nupassanä = Perenungan terhadap bentuk-bentuk pikiran.
  1. Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
a.       Latihan meditasi untuk mencapai Jhäna-Jhäna.



Manusia Dan Keadilan
Menurut Wikipedia Indonesia, Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Pemahaman mengenai pengertian keadilan setiap orang tentu saja berbeda-beda. Ada yang menganggap keadilan terjadi ketika  ia mendapat keuntungan dari  hal tersebut, namun ada juga yang menganggap keadilan merupakan keadaan  dimana terjadi keseimbangan antara pihak yang satu dengan pihak lainnya.
Berbicara mengenai keadilan, sampai saat ini belum bisa dipastikan apa sebenarnya arti dari keadilan itu. Banyak yang mengatakan bahwa keadilan adalah seimbang, tidak berat sebelah atau sama rata. Sebenarnya pengertian ini hanyalah pendekatan terhadap pengertian keadilan namun pengertian keadilan itu sendiri belum diketahui.
Dalam prakteknya, keadilan seringkali dikaitkan dengan hukum. Dalam bidang hukum,  kita sering mendengar kata keadilan. Keadilan adalah hal yang sangat susah kita lakukan dalam hidup ini. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini yang dapat diputuskan  dengan penuh keadilan atau  dengan kata lain tidak ada sesuatu pun yang diputuskan secara benar-benar adil, yang ada hanyalah mendekati keadilan.Misalnya saja ada sebuah kasus di pengadilan yang diputuskan oleh hakim. Hakim merasa bahwa keputusan yang ia putuskan sudah adil bagi kedua belah pihak yang berseteru tetapi bagi kedua belah pihak tersebut, salah satunya tentu saja ada yang  merasa dirugikan dan yang satunya lagi merasa diuntungkan. Meskipun keputusan tersebut harus diterima dan dianggap bahwa keputusan tersebut benar-benar adil namun kenyataannya masih ada yang merasa rugi dan untung. Dari hal ini kita belajar bahwa ukuran keadilan dari tiap-tiap orang itu berbeda.
Keadilan juga sering dikait-kaitkan dengan kejujuran. Keadilan tidak dapat diterapkan dalam hidup kita sebagai manusia apabila kita tidak bisa menerapkan sikap jujur . Sikap- sikap seperti kecurangan dan individualism merupakan hal yang membuat kita berperilaku tidak adil. Sikap ketidakadilan adalah sikap yang paling tidak disukai oleh setiap manusia sebab apabila mereka diperlakukan secara tidak adil maka mereka  merasa hak mereka untuk memperoleh keadilan tidak dipenuhi. Oleh sebab itu, sebagai manusia yang ingin mendapat perlakuan yang adil dari sesama manusia, kita juga harus belajar berbuat  adil terlebih dahulu  kepada sesama manusia.



Manusia dan Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing, Misalnya, Budi yang hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan tentu menjadi buah tertawaan orang banyak, atau orang itu seperti peribahasa “Si pungguk merindukan bulan”
Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan, misalnya Rafiq mengharapkan nilai A dalam ujian yang akan datang, tetapi tidak ada usaha, tidak pernah hadir kuliah. Ia menghadapi ujian dengan santai. Bagaimana Rafiq memperoleh nilai A. luluspun mungkin tidak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Manusia wajib selalu berdoa. Karena usaha dan doa merupakan sarana terkabulnya harapan.
Harapan berasal dan kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.Jadi untuk mewujudkan harapan itu harus disertai dengan usaha yang sesuai dengan apa yang diharapkan Bila dibandingkan dengan cita-cita , maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk: sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antar harapan dan cita-cita terdapat persamaam yaitu :
·         Keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud
·         Pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Penyebab Manusia Mempunyai Harapan:
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
1.      Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan scbagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru sedihlah mereka.

2.      Dorongan kebutuhan hidup,Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar